Animator, Pahlawan Tanpa Jeda

Belakangan ini, dunia perfilman Indonesia kembali ramai dengan kehadiran Jumbo, sebuah film animasi karya Ryan Adriandhy yang berhasil mencuri perhatian. Dengan visual yang memukau, cerita yang menyentuh, dan penggarapan yang matang, Jumbo membuka mata banyak orang bahwa film animasi buatan anak bangsa bisa tampil layak saing, bahkan dengan standar internasional. 

Namun di balik gemerlap layar dan karakter yang hidup, ada proses panjang, melelahkan, dan penuh dedikasi yang tidak semua orang tahu, yaitu proses pembuatan animasi film. Bagi sebagian orang, menjadi animator mungkin terdengar menyenangkan karena bisa menggambar karakter lucu. Tapi kenyataannya, pekerjaan ini menuntut lebih dari sekadar bakat menggambar.

Menjadi Animator Itu Gak Cuma Soal Gambar Bagus

Banyak yang mengira menjadi animator hanya tentang membuat gambar bergerak. Padahal, prosesnya jauh lebih kompleks. Animator bukan cuma seniman, tapi juga pencerita, dan Mereka harus memahami bagaimana karakter berekspresi, bagaimana emosi ditransmisikan lewat gerakan, hingga bagaimana sebuah momen bisa terasa “hidup”.

Setiap gerakan kecil dari kelipan mata hingga cara karakter berjalan harus dipikirkan dengan saksama. Dan dalam film berdurasi satu setengah jam, itu berarti ribuan frame yang harus digarap satu per satu, baik secara manual (2D) atau melalui teknologi 3D. Tak hanya itu, animator juga bekerja dalam tim besar, ada storyboard artist, voice actor, editor, sound designer, hingga teknisi render. Artinya, dibutuhkan kolaborasi dan komunikasi yang solid. Kesalahan kecil bisa berdampak ke seluruh proses produksi.

Proses Produksi yang Panjang, Tapi Memuaskan

Produksi film animasi biasanya dimulai dari tahap praproduksi, yaitu menulis cerita, merancang karakter, membuat storyboard, hingga menentukan style visual. Setelah itu masuk ke tahap produksi, di mana animasi mulai digerakkan, diberi suara, dan ditambahkan efek. Terakhir, ada tahap pascaproduksi seperti editing, scoring, dan rendering akhir. Proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun, bahkan untuk film berdurasi pendek. Itulah kenapa animator dikenal sebagai profesi yang “senyap tapi berdampak besar”.

Melihat Jumbo, kita tidak hanya disuguhi tontonan yang berkualitas, tapi juga bukti bahwa animator Indonesia punya daya saing. Namun, agar industri ini terus berkembang, dibutuhkan apresiasi dari penonton. Mengerti betapa rumit dan seriusnya proses pembuatan animasi bisa jadi langkah awal untuk menghargai karya anak bangsa. Jadi, lain kali kamu nonton film animasi, ingatlah bahwa di balik karakter yang lucu dan cerita yang menghibur, ada tangan-tangan yang bekerja keras dengan penuh dedikasi. Karena menjadi animator itu bukan hanya tentang menggambar tapi tentang menghadirkan kehidupan dalam dunia yang tidak nyata.

Artikel ini ditulis oleh Carneylika Kurnia Sarnie, email: neilsarnie@gmail.com

AVIKOM FILM

AVIKOM FILM

Leave a Reply

Jl. Babarsari, Janti, Caturtunggal, Kec. Depok, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
08895726644

avikom.upnyk@gmail.com