Avikom’s Review: Perjalanan Merayakan Hidup oleh Under the Moonlight (2023)

“Kita terlalu sibuk dengan hitam dan putih, hingga lupa adanya abu-abuapalagi warna-warni.”

Under the Moonlight (2023) menjadi sebuah film dokumenter yang berhasil mencuri perhatian dunia perfilman Indonesia. Karya sutradara Tonny Trimarsanto ini mengangkat isu kekerasan kepada transgender. Film ini berhasil meraih penghargaan Film Dokumenter Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2024.

Under the Moonlight membawa penonton merasakan kehidupan di dalam Pondok Pesantren Al Fatah di Yogyakarta. Pondok pesantren ini menjadi rumah bagi para murid dewasa yang semuanya adalah transgender. Kita diajak untuk mengikuti keseharian para santri, seperti beribadah, bekerja, bahkan tes HIV. Selama enam tahun, Tonny Trimarsanto mendokumentasikan kehidupan para santri ini.

Mengenal Tokoh Lebih Dekat Melalui Lensa Kamera

Tonny Trimarsanto berhasil menciptakan sebuah narasi yang begitu intim dan menyentuh. Kita diajak untuk mengenal lebih dekat para tokoh dalam film ini. Film ini mampu menghadirkan sisi kemanusiaan para tokohnya. Pemilihan sudut pandang kamera yang dekat dengan para tokoh membuat penulis merasa seolah-olah ikut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka tidak hanya menjadi objek dokumentasi, tetapi juga menjadi subjek yang aktif dalam proses pembuatan film. Hal ini membuat film terasa lebih otentik dan bermakna.

Under the Moonlight lebih dari sekadar sebuah film dokumenter; film ini adalah sebuah pernyataan yang kuat tentang keberagaman dan penerimaan. Penulis merasa para santri transgender tersebut berhasil merayakan kehidupan. Mereka tidak sekadar eksis, tetapi mereka benar-benar hidup. Mereka tertawa, bercanda, dan bermimpi—hal-hal yang bahkan tidak semua orang mampu lakukan.

Melampaui Narasi Queer Tragedy

Film ini dengan tegas menolak narasi “queer tragedy” yang sering kali mendominasi representasi komunitas LQBT+ dalam sinema. Alih-alih menyoroti penderitaan akibat diskriminasi yang mereka alami, Under the Moonlight memilih untuk fokus pada kekuatan, keberanian, dan kegembiraan para tokohnya. Mereka adalah individu yang kompleks dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Under the Moonlight berhasil membuka dialog tentang isu transgender di Indonesia. Film ini juga mengajak kita untuk meredefinisi “kebahagiaan”. Kebahagiaan bisa ditemukan dalam hal-hal yang sederhana, seperti penerimaan diri sendiri atau penerimaan oleh masyarakat. Mungkin juga… meredefinisi “sederhana”; Apakah penerimaan kawan-kawan LQBT+ oleh masyarakat adalah sebuah hal yang sederhana?

Artikel ini ditulis oleh Ramadhani Iffa, email: inahdamaraffi@gmail.com

AVIKOM FILM

AVIKOM FILM

Leave a Reply

Jl. Babarsari, Janti, Caturtunggal, Kec. Depok, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
089517891709

avikom.upnyk@gmail.com