Festival Film Dokumenter 2024 – Layar Alternatif, Restorasi Tradisi & Perayaan Atas Suara Rakyat

Festival Film Dokumenter, atau biasa disingkat FFD tahun ini menayangkan film tentang masyarakat terpinggirkan yang menarik dan mengangkat suara mereka. Gelaran FFD tahun ini menawarkan sejumlah daya tarik, mulai dari venue yang unik, beragam aktivitas, hingga isu-isu penting yang diangkat. Venue ini dipilih sebagai ruang pemutaran alternatif, yang dikenal sebagai layar alternatif.

Layar Alternatif

Layar Alternatif menjadi salah satu daya tarik, dimana pemutaran film yang biasanya dilakukan di gedung theater yang mewah, dengan tempat duduk yang super nyaman & hembusan air conditioner yang membuat sayup. Namun FFD menghadirkan suasana menonton yang mirip layar tancap, membuat penonton merasakan ruang alternatif. Layar alternatif unggul karena memungkinkan interaksi antar penonton, berbeda dengan aturan diam di bioskop. FFD 2024 menghadirkan layar tancap di Amphitheater TBY, ruang semi-outdoor yang mendukung interaksi penonton,“Third Cinema”, katanya.

Amphitheater TBY (Sumber: Tim Dokumentasi FFD 2024)

Suasana Pemutaran pada Amphitheater TBY (Sumber: Tim Dokumentasi FFD 2024)

FFD tahun ini memiliki visi “Kemewaktuan”, yang membawa isu tentang bagaimana manusia menjalani waktu dan menghidupi kehidupan mereka. Berbekal visi tersebut, banyak tersebar dekorasi megah nan menggugah yang menggambarkan peristiwa sekaten, sebuah peristiwa peringatan Maulid Nabi Muhammad yang identik dengan adanya pasar malam di alun alun utara. 

Memuat suasana nostalgia, pojok cendera mata FFD 2024 membuka awul-awul, istilah yang merujuk pada pasar barang bekas yang biasanya ada pada gelaran sekaten. Awul-awul biasanya berisi beragam barang bekas yang unik, tidak harus antik, namun memiliki nilai jual yang cukup layak.

Line Up Film

Film yang dibawakan pada tahun ini memuat 67 karya dari 32 negara yang terbagi dalam 9 program. Adapun beberapa film yang menurut saya  menarik & menjadi magnet penonton yaitu “A Tale for My Daughter” garapan Sutradara Wulan Putri, yang berhasil menyabet kemenangan dalam program kompetisi film pendek, menceritakan tentang bagaimana pengalaman menjadi perempuan, menjadi ibu sekaligus menjadi pejuang. 

Source: Youtube (A Tale for My Daughter (Tutaha Subang) – Trailer | FFD 2024)

Terdapat juga film unik yang memiliki durasi 290 menit, atau 4 jam 50 menit, dimana ketika pemutaran berlangsung, penonton akan diberikan waktu break 10 menit untuk sekedar merilekskan badan pada pertengahan film, yang mana akan langsung dilanjutkan dengan setengah film selanjutnya. Film berjudul “From Island to Island” garapan Sutradara Kek-Huat Lau ini bercerita tentang pengalaman tentara, dokter, dan penduduk Taiwan yang tinggal di luar negeri di Asia Tenggara pada masa Perang Dunia II. Masih banyak lagi pilihan-pilihan film yang menarik baik dari segi isu, storytelling, sinematografi, maupun sound design.

Source: Youtube (From Island to Island (由島至島) – Trailer | FFD 2024)

Sebagai festival tahunan yang diselenggarakan di Yogyakarta, Indonesia, Festival Film Dokumenter juga merupakan festival film terkait dokumenter pertama di asia, yang membuat antisipasi masyarakat lokal maupun internasional selalu memuncak di tiap tahunnya. Venue FFD 2024 sendiri ada di Taman Budaya Yogyakarta & IFI-LIP Yogyakarta. Tidak hanya program pemutaran film, FFD juga menghadirkan program non-pemutaran seperti lokakarya kritik film, lokakarya pengembangan naskah dokumenter, dan diskusi.

Pengalaman saya selama mengikuti 9 hari rangkaian festival, mulai dari opening hingga closing, membuat saya takjub & geram, geram karena saya hanya bisa merasakan atmosfer ini untuk tiap tahunnya selama 9 hari, dan bukannya 365 hari. Long Live Cinema!

Artikel ini ditulis oleh (Muhammad Riefqy Ilham Mulyansyah), email: adyarakailham@gmail.com

AVIKOM FILM

AVIKOM FILM

Leave a Reply

Jl. Babarsari, Janti, Caturtunggal, Kec. Depok, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
089517891709

avikom.upnyk@gmail.com